Education

Mengenal Kurikulum Deep Learning: Pengganti Kurikulum Merdeka yang Fokus pada Pemahaman Mendalam

artikel

Buat orang tua dan guru, kabar tentang pergantian Kurikulum Merdeka ke Kurikulum Deep Learning mungkin menimbulkan banyak pertanyaan. Apa bedanya? Kenapa diganti lagi? Yuk, kita bahas secara singkat dan ringan.

Apa Itu Kurikulum Deep Learning?

Kurikulum Deep Learning adalah sistem pembelajaran baru yang dirancang untuk memperdalam pemahaman siswa, bukan cuma menghafal materi. Fokusnya ada pada proses berpikir kritis, eksploratif, dan partisipatif. Tujuan akhirnya adalah menciptakan pengalaman belajar yang mindful, meaningful, dan tetap joyful.

Jadi, ini bukan soal “AI” atau teknologi deep learning seperti di dunia komputer, ya. Meski namanya sama, konteksnya beda. Kurikulum Deep Learning di sini lebih merujuk pada kedalaman berpikir, bukan kecerdasan buatan.

Tiga Pilar Utama Kurikulum Deep Learning

1. Mindful Learning

Di pilar ini, siswa diajak untuk benar-benar hadir dalam proses belajar. Artinya, bukan sekadar menyimak guru, tapi aktif berdiskusi, bereksperimen, dan dilibatkan sesuai minat dan kemampuannya. Guru juga didorong untuk lebih peka terhadap kebutuhan individual siswa.

2. Meaningful Learning

Pembelajaran diarahkan agar punya makna buat kehidupan nyata siswa. Misalnya, saat belajar matematika, siswa nggak cuma tahu rumus, tapi paham fungsinya buat mengatur keuangan atau logistik harian.

3. Joyful Learning

Bukan berarti belajar harus penuh games dan hadiah, tapi bagaimana siswa merasa puas dan senang karena benar-benar ngerti. Contohnya, saat belajar sejarah, guru bisa mengajak siswa melakukan role-play atau simulasi untuk memperkuat pemahaman, bukan sekadar hafalan.

Apa Manfaatnya?

Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan lebih semangat, nggak cepat bosan, dan punya pemahaman yang lebih tahan lama. Guru pun jadi fasilitator, bukan sekadar pemberi materi. Untuk orang tua, ini bisa jadi peluang buat lebih terlibat dan mengerti gaya belajar anak.

Pergantian kurikulum ini tentu butuh waktu untuk disesuaikan. Tapi satu hal yang pasti: dunia terus berubah, dan sistem pendidikan harus ikut beradaptasi. Yang penting, kita tetap mendampingi anak-anak kita dengan semangat yang sama belajar dengan makna dan hati.